August 09, 2009

Stand-up Comedy di Indonesia

Stand-up comedy bukanlah jenis lawakan atau komedi yang popular di Indonesia. Para comedian Indonesia lebih senang melawak dalam bentuk group yang terdiri lebih satu orang. Tidak ada alasan yang menjelaskan mengapa para comedian di Indonesia, tidak banyak yang menggeluti jenis seni komedi yang sangat popular di amerika ini. Hanya seorang Iwel Wel yang meng’claim’ dirinya sebagai seorang comedian stand-up comedy di Indonesia, dan sekarang pun lebih banyak bermain secara group dalam kelompok komedi ‘republik mimpi’ dan ‘democrazy’ di metro tv, jarang sekali tampil sebagai comedian tunggal di sebuah pentas. Padahal ada beberapa nama seperti Otong Lenon, Krisna Purwana (Sersan Prambors), Pepeng ‘Jari-Jari’ Soebardi (Sersan Prambors) dan Butet Kertarajasa yang legendaris itu. Hampir semua dari mereka tidak menyebut dirinya sebagai pelawak stand-up comedy, bahkan seorang Butet Kertarajasa yang piawai bicara sendiri di atas panggung, menirukan tingkah polah pejabat-pejabat canggung di sebuah orde, pun memilih istilah ‘monolog’ saat tampil sendiri membawakan guyonannya, bukan seorang comedian stand-up comedy.
Ada argument asal-asalan yang bisa dikemukakan mengapa para pelaku dunia perlawakan di Indonesia ini, sepertinya enggan menggeluti stand up comedy, antara lain:

1. Melawak sendirian lebih sulit;
Target seorang comedian saat tampil adalah membuat pemirsa yang menyaksikannya tertawa, jika perlu tertawanya sampai terpingkal-pingkal, terbahak-bahak, muka merah, mengeluarkan air mata, kalau perlu sampai berguling-guling.
Bukan sebuah pekerjaan mudah jika dilakukan sendiri, perlu keterampilan melawak yang istimewa dan di atas rata-rata. karena seorang pelawak tunggal tidak mendapat bantuan materi dari orang lain, yang dalam istilah dunia lawak, patner lawak tersebut disebut sebagai ‘pengumpan’.
Masih banyak comedian Indonesia yang berpikiran, bahwa tertawa itu timbul dari hasil ‘percakapan (conversation)’, sehingga para comedian Indonesia butuh lawan main yang bertugas sebagai ‘pengumpan’ sebuah situasi dan pemain yang lain mengambil peluang dari umpan yang disodorkan untuk dieksekusi menjadi pencetus tawa. Jika tidak sebagai pengumpan, lawan main itu akan dijadikan ‘korban’ oleh patner yang lebih superior.
Dalam stand-up comedy, tertawanya penonton dihasilkan dari sebuah ‘pernyataan (statement)’ yang diawali dengan sebuah latar belakang yang diakhiri dengan sebuah kejutan situasi, dan kejutan itulah yang membuat tawa pemirsanya. Oleh karena itu seorang comedian tunggal atau stand-up comedy tidak butuh lawan main, semua disediakan dan dikendalian sendiri.

2. Faktor Penonton
Penonton komedi di Indonesia masih lebih senang dengan jenis lawakan ‘slapstick’ dan ‘physical comedy’, yang lebih mengedepankan aktivitas-aktivitas phisik yang ditampilkan oleh para comedian di panggung. Saling dorong, keplak-keplak kepala, saling menampar pipi dan aktivitas phisik yang kasar lainnya lebih mudah membuat tertawa penonton. Penonton komedi di Indonesia, juga masih senang lawakan-lawak yang bersifat lansung, dari pada sebuah lawakan yang melalui pemaparan sebuah situasi yang rumit yang harus melakukan sebuah analisa, saling mengkaitan satu keadaan dengan situasi lain, mengkaitkan dengan sebuah referensi, hanya untuk membuat tertawa.
Bapak Bendot Srimulat (alm) adalah salah satu pelawak yang memasrahkan dirinya untuk menjadi korban untuk diperlakukan secara kasar oleh lawan mainnya untuk membuat penonton tertawa, demikian juga Jojon, Bolot dan beberapa nama lain.
Film-film komedi layar lebar yang box office pun, selalu menampilkan lawakan ‘slapstick’ sebagai menu utama dalam film tersebut, termasuk yang dibintangi group komedi legendaris Warkop DKI.

Oleh karena itu, jenis lawakan stand-up comedy menjadi kurang popular dibandingkan melawak secara group, padahal kualitas dan kemapuan pelawak Indonesia sesungguhnya mampu untuk menjadikan stand-up comedy ini sebagai lawakan yang popular. Padahal banyak keuntungan yang diambil bila melawak secara tunggal, misalnya;

1. Honor tidak usah dibagi-bagi dengan anggota group lain, paling-paling hanya unuk biaya operasional dan bayar manager
2. Tidak akan takut bubar, karena di Indonesia banyak group lawak yang bubar dan tambal sulam pemain, karena alas an tidak sefaham lagi, pembagian honor yang tidak adil sampai kepada perbedaan popularitas antara satu dengan anggota lainnya dalam satu group.
3. Lebih bebas menentukan materi, tidak bergantung kepada orang lain, dan kalo ‘ngetop’, ya ngetop sendirian.. tidak perlu bergantung kepada nama besar group dan lainnya.

Berharap stand-up comedy menjadi comedy yang popular di Indonesia, sehingga menjadi alternative pilihan tontonan comedy yang lain. Berharap comedian Indonesia dapat menampilkan lawakan yang berwibawa, lawakan pintar dan lawakan yang berwawasan, megurangi lawakan yang semata mengandalkan fisik dan lawakan kasar. Dan berharap mampu membuat pintar penonton untuk lebih bisa mengapresiasikan sebuah materi yang harus berpikir dengan cepat, harus menganalisa denga cepat, membuat asosiasi-asosiasi pemikiran dengan cepat dan mengkaitkan satu referensi dengan referensi lain untuk membuat tertawa.

Semoga saja www.scriptforstand-upcomedy.blogspot.com dapat menjadi referensi untuk para comedian Indonesia, untuk berani mencoba menjadi comedian tunggal yang cerdas dan pintar, dan mendidik para penonton komedi Indonesia menjadi sebuah komunitas penikmat suguhan komedi yang pintar mengapresiasi lawakan-lawakan pintar

No comments:

Post a Comment