September 16, 2009

script no. 2

ada perubahan dalam script ini dan script yang selanjutnya, yang pertama; sengaja tidak menampilkan parenthetical atau deskripsi adegan yang dilakukan seperti; senyum, tertawa, ketus, duduk, berdiri, menggerakkan tangan dan lain-lain, sehingga pembaca dapat berekspresi dengan gaya dan karakter sendiri.
yang ke dua; setiap script tidak berdasarkan sebuah tema tertentu, misalnya hari kemerdekaan Indonesia dan lain-lain. karena mengumpulkan ide sebuah dan menuangkan ke dalam sebuah script membutuhkan waktu yang lebih. untuk itu akan dibuat campur-campur tema dalam sebuah script sehingga pembaca bisa mengambil satu atau lebih cerita sesuai dengan kebutuhan masing-masing. selain itu akan membuat saya lebih cepat menyampaikan sebuah cerita dan tidak terhalang harus menjadikan dan menuntaskan sebuah tema dalam script tersebut…
semoga perbahan ini menjadikaan saya lebih produktif dan lebih baik… tabik


menjadi DOKTER... adalah cita-cita yang paling sering muncul dari anak-anak jika ditanya hendak jadi apa jika besar nanti, semua profesi dokter.. apakah dokter umum, dokter anak, dokter jantung dan lain-lain dokter.. pokoknya dokter… dan tidak ada seorang pun anak yang bercita-cita jadi… seorang PELAWAK

DOKTER juga merupakan profesi pilihan pertama orang tua bagi anak-anaknya, dan juga pilihan pertama orang tua untuk menentukan MENANTU… dengan punya anak atau menantu seorang dokter, para orang tua berharap kelak anaknya bisa hidup mapan, tidak sengsara, dan yang penting.. harkat, martabat dan gengsi orang tua dan keluarga terangkat tinggi jika anak atau menantunya seorang DOKTER… dan tidak ada satu pun orang tua yang bercita-cita punya menantu … seorang PELAWAK

menjadi DOKTER memang merupakan profesi idaman, terpandang, menjadi masyarakat kelas satu, rumah besar dan bagus, mobil mewah, gaji besar, fasilitas kelas satu, dan kerjanya tidak perlu mengeluarkan banyak keringat... di amerika ada seorang dokter bernama dokter DOLITTLE… karena memang seorang dokter itu memang DO.. LITTLE

seorang Dokter di tempat saya berobat.. setiap panjang lebar keluhan yang saya sampaikan, Dokternya hanya berucap.. mmmm… mmmm… yaa..yaa… “dokter badan saya panas.. kadang batuknya tidak berhenti.. tenggorokan saya gatal, sakit dan perih.. lihat saja Dok tenggorokan saya”… lalu saya buka mulut saya.. si dokter hanya lihat-lihat sambil menggunakan sebuah senter kecil dan hanya bilang…”mmm… mmmm… yaa..yaa”… “Dok.. perut saya jadi sebah dan kembung dan setiap saya makan selalu saya muntahkan lalu kepala menjadi pusing dan jika sudah pusing dunia serasaa berputar dan kenapa air mata saya jadi keluar banyak ya Dok?” dia hanya letakkan stetoskop nya ke bagian-bagian tubuh sambil.. “mmm…mmmm… yaa..yaaa”…….. dan setelah itu baru bicara agak sedikit panjang…. ”biaya periksanya seratuslimapuluhribu rupiah dan obatnya tigaratusribu rupiah”………………

suatu saat di Dokter yang sama saya mencoba untuk tidak menyampaikan keluhan saya, saat itu saya sangat sehat sangat bugar, sesampai di sana saya temui Dokter itu, lalu saya hanya diam.. tidak bicara.. tidak menyampaikan keluhan apa pun dan Dokter itu pun tidak bicara sesuatu pun.. melihat dan memperhatikan saja, sambil “mmm…mmmm… yaa..yaa”… dan setelah lebih kurang sepuluh menit, dia bicara agak panjang… “anda bermasalah dengan pendengaran.. dan kesulitan bicara… biaya periksanya seratuslimapuluh ribu rupiah dan obatnya tigaratusribu rupiah”….

sebenarnya punya pasangan, anak, teman, atau apa pun hubungan relasi anda,dengan seorang DOKTER sesungguhnya sangat beresiko. yang ada dalam ekspektasi kita jika punya hubungan dengan DOKTER.. selalu kebanggaan, terpandang, gengsi.. sesungguhnya tidak....

saya punya teman seorang DOKTER yang sebisa mungkin saya hindari bertemu..karena setiap kali bertemu dan dia menyapa saya.. "hai Hari.. apa kabar?".. saya pasti bingung harus jawab apa... jika saya jawab "oh Dokter.. baik..baik.. kabar saya sangat baik".. dia akan jawab.. "okey kalo gitu saya kasih vitamin saja ya"... lalu dia berikan resep yang harus saya tebus dan kuitansi tagihan yang harus saya bayar...
dan jika saya jawab.. "oh Dokter.. sepertinya kurang baik"... dan dia akan melanjutkan.."mmm.. mmm.. yaa..yaa"... dia pandangi saya, lalu bilang lagi.. "mmm..mmm...yaa..yaa".. lalu dia bilang semuanya empatratuslimapuluh ribu rupiah...

seorang teman yang mempunyai istri seorang dokter pernah mengeluh kepada saya karena setiap dia mengeluh sakit kepada istrinya... sang istri akan sibuk mencari buku resep, menuliskan obat sekaligus kwitansi pembayaran.... dan bersiap membubuhkan stempel.. DIBAYAR LUNAS...

banyak orang tua yang melarang anaknya jadi pelawak atau punya menantu pelawak, karena masih punya anggapan yang salah terhadap profesi pelawak. pelawak itu identik dengan miskin, konyol, bodoh, naive, dan persepsi-persepsi negative lainnya… akan jadi masalah jika para orang tua ditanya tentang pekerjaan anak atau menantunya… dan ngga mungkin dijawab dengan BANGGA.. “Ya.. menantu saya seorang PELAWAK!!”…

dulu memang pelawak itu miskin karena honor manggung nya kecil dan harus dibagi-bagi dengan partner mainnya. dulu pelawak terlihat pandir dan bodoh karena lawakan yang ditampilkan lebih banyak lawakan slapstik, yang untuk buat tawa penonton meledak mereka harus lempar-lempat kue pai atau apa saja ke lawan mainnya, keplak-keplakan kepala, dorong-dorong hingga terjerambab, kalau perlu didorong sampai terpelanting sampai jatuh dari panggung.. sehingga ada cerita.. sebuah group lawak yang setelah manggung, honornya langsung habis untuk bayar biaya dokter dan pengobatan di rumah sakit… karena sehabis melawak.. lawan main lawaknya gegar otak, patah tulang, hidungnya berdarah dan memar-memar...

dulu jamannya bintang film yang laris itu bertampang indo atau blasteran, seperti Sophia Latjuba, Roy Marten, Merriam Bellina, Robby Sugara… para pelawak justru terdiri dari sekelompok orang bertampang ndeso yang terlihat pandir, terlihat aneh dengan tampang eksotis… misalnya Jojon, Bolot, Haji Bokir, Malih Tongtong.. dan masih banyak lagi.. ada juga pelawak yang blasteran Belanda.. anggota group Srimulat, namanya Paul Polii…

dulu penonton lawak di indonesia lebih senang dengan lawakan model slapstik karena penonton tidak mau berpikir menganalisa sebuah lawakan, menghubungkan satu kejadian dengan kejadian lain untuk tertawa, karena ada anggapan menonton lawak itu tidak perlu berpikir, sehingga senang dengan lawakan-lawakan yang mempertontonkan ke'naif'an, kebodohan dan kekerasan dalam dunia lawak.. sehingga pentas lawak layaknya arena gladiator.. semakin seorang galdiator dilukai, dipukuli sampai diadu dengan binatang buas.. penonton semakin senang... demikian juga… semakin menderita seorang pelawak, semakin penonton senang... semakin pandir dan konyol seorang pelawak semakin penonton bahagia...

tapi itu dulu...

sekarang sudah sangat berubah.. comedian.. (mereka lebih senang disebut comedian karena lebih keren dan trendi) adalah artis dan actor yang bertampang aduhai, sebut saja luna maya, cut tari dan beberapa nama aktris cantik lainnya, lalu rafi ahmad, tora sudiro, ari untung dan beberapa actor ganteng lainnya.. yang dengan tanpa ragu memainkan scene lawak dalam acara yang dibintanginya, terutama acara-acara live music dimana mereka menjadi MC atau pembawa acara.. penonton cukup apresiatif dengan teriak dan tertawa merespon kelucuan-kelucuan mereka.. sayangnya jika mereka kehabisan bahan lawakan.. mereka mulai JAIL dengan mlorotin celana lawan mainnya…

dalam beberapa kesempatan saya coba menonton acara mereka.. tidak terlalu buruk, sekarang mereka menggunaka mike yg tidak dipegang, tapi mike kecil yang di lekatkan di kerah baju atau ada yang menggunakan mike yang dipasang di kepala seperti headphone walkman dan kepala mike nya menempel di pipi dekat mulut… tidak menggunakan mike model lama yang harus dipegang dengan tangan.. sehingga.. jika ada teman mereka yang jail, 'mloroti' celana.. kedua tangan mereka bisa memegangi celana nya …

honor sebagai pelawak sekarang ini pun tidak seperti dulu yang kecil dan tidak cukup, sekarang ini bayaran seorang pelawak sangat besar dan bisa menjadikan seorang pelawak hidup makmur. sebut saja pelawak Tukul Arwana yang mendapatkan kontrak ekslusif dari sebuah tv swasta untuk menjadi ‘host’ sebuah acara ‘talk show’.. atau Eko Patrio, Budi Anduk dan beberapa nama pelawak papan atas lainnya yang menjadi kaya raya karena berprofesi sebagai pelawak..

walau pun demikian tetap saja jika ada anak gadisnya yang bilang mau menikah dengan seorang pelawak.. orang tuanya akan berkata.. “ada yang lain??”…
atau jika ditanya tetangga sebelah.. “maaf.. menantunya tugas dimana?”.. jawabannya yang diharapkan bukan.. ”ooh.. menantu saya seorang PELAWAK”…

mengapa???

tidak ada orang tua yang menantunya suka keplak-keplak kepala di hadapan orang banyak… tidak ada orang tua yang anaknya main plorot-plorotin celana di depan orang banyak… tidak ada orang tua yang menantunya belagak menjadi banci di depan orang banyak.... para orang tua lebih senang anak dan menantunya sibuk mencari buku resep, menuliskan obat sekaligus kwitansi pembayaran.... dan bersiap membubuhkan stempel.. DIBAYAR LUNAS...
“mmmm…mmmm… yaaa….yaaaa…..

terima kasih